Refleksi 10: Teori Revolusi Sosio-Kultural

Nama : Annisaa Ahmada Atusta
NIM: 150341603464
Offering : B
Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran

Refleksi 10

Menurut Piaget, penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder. Dalam hal ini, faktor sekundernya adalah siswa lebih suka berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan kondisi atau faktor lingkungan hanya sekedar memudahkan belajar.

Menurut Vigotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar Vygotsky disebut dengan pendekatan Co-Konstruktivisme artinya perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula.

Ada perbedaan pada pendapat Piaget dan Virgotsky. Teori Piaget tentang belajar bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kontraproduktif (tidak mampu menghasilkan apapun) dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan ideologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat. Sedangkan teori Vigotsky menjelaskan tentang potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Ia menekankan bahwa proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran dengan orang–orang yang ada di lingkungan sosialnya. Selain itu ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut

Aplikasi teori revolusi sosio-kultural dalam pembelajaran bisa diterapkan dalam 3 jenis pendidikan yaitu informal, non-formal, dan formal. Pendidikan informal adalah keluarga, Perkembangan perilaku masing-masing anak akan berbeda manakala berasal dari keluarga yang berbeda, karena faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dalam keluarga beragam. Orang tua selalu mengawasi dan membantu anak dalam proses belajarnya. Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik, dan menari. Pendidikan ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan sosial masyarakatnya. Pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah. Siswa yang tidak bisa memecahkan masalah sendiri bisa belajar dengan bantuan temannya apabila kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, karena biasanya berkomunikasi dengan teman sebaya lebih nyaman dan lebih terbuka. Siswa yang mampu memecahkan masalah sendiri harus ditingkatkan belajarnya. Guru perlu menyediakan berbagai jenis bantuan yang dapat memfasilitasi anak, bantuan- bantuan ini dikenal sebagai cognitive scaffolding (Pemberian contoh-contoh, Bagan, dan prosedur melakukan tugas). Kelebihan teori ini salah satunya adalah pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental.

Adios ~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Kecerdasan Ganda

Teori Revolusi Sosio-Kultural dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Teori Sibernetik dan Penerapannya dalam Pembelajaran