Pembelajaran Kooperatif

Bismillah
Nama: Annisaa Ahmada Atusta
NIM: 150341603464
Offering: B

Pembelajaran Kooperatif
Slavin (1994) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan paham konstruktivisme yang berpandangan bahwa anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri secara sadar dalam belajar, sedangkan guru membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan sejumlah siswa yang tingkat kemampuannya berbeda ke dalam suatu kelompok kecil. Untuk dapat menyelesaikan tugas kelompoknya, tiap anggota harus saling bekerja sama dan saling membantu agar masing-masing anggota dapat memahami materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif dikatakan belum selesai apabila ada salah satu anggota yang belum menguasai materi.

Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Menurut Lungdren (1994), unsur-unsur daar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Tiap anggota kelompok harus punya persepsi “tenggelam bersama, berenang bersama”
Apabila ada salah satu anggota yang belum menguasai pelajaran, anggota yang lain harus membantunya untuk dapat menguasai materi bersama-sama.
Tiap siswa dalam kelompok mempunyai tanggungjawab terhadap anggota kelompok lain, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam hal penguasaan materi. Siswa harus mempunyai anggapan bahwa tujuan mereka adalah sama yaitu untuk menguasai materi tertentu
2. Tiap anggota kelopok berbagi tugas dan tanggungjawab
Tiap siswa dalam kelompok diberikan evaluasi yang akan berpengaruh juga terhadap kelompoknya
3. Pembelajaran kelompok dapat menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains.
Pembelajaran kooperatif ini melibatkan siswa ke dalam suatu kelompok kecil. Kemampuan tiap anggota kelompok dalam kelompok kecil ini harus heterogen, artinya memiliki kemampuan yang berbeda-beda bertujuan agar ada interaksi saling membantu antar anggota kelompok.

Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Carin (1993), ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain:
1) Setiap anggota kelompok memiliki peran
2) Terjadi interaksi langsung di antara siswa
3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab terhadap belajarnya dan teman-teman sekelompoknya
4) Guru membantu perkembangan kecerdasan interpersonal kelompok
5) Guru berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif adalah
1. Penghargaan kelompok
Keberhasilan kelompok didasarkan pada tiap anggota kelompok dalam menciptakan hubungan interpersonal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
2. Pertanggungjawaban individu
Pertanggungjawaban individu menitikberakan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu menjadikan tiap anggota siap untuk menghadapi ujian dan tugas-tugas lainnya dengan mandiri tanpa bantuan dari teman sekelompoknya.
3. Kesempatan yang sama untuk berhasil
Pada metode kooperatif terdapat metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan metode ini, tiap siswa yang prestasinya rendah, sedang, atau tinggi bisa memperoleh kesempatan yang sama untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pada pembelajaran tradisional, keberhasilan seseorang diorientasikan dari kegagalan orang lain. Akan tetapi berbeda dengan pembelajaran Kooperatif yang menilai bahwa keberhasilan seseorang dilihat dari keberhasilan kelompok. Tiga tujuan penting Kooperatif menurut Ibrahim (2000), yaitu:
1) Hasil akademis
 Model kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma
yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan Individu
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari latar belakang dan kondisi untuk bekerja yang berbeda dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.

Keterampilan Kooperatif
Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kelompok. Keterampilan-keterampilan selama kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut (Lungdren, 1994):
1. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal
Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi beberapa aktivitas yaitu:
ü Menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.
ü Menghargai kontribusi yang berarti memperhatikan yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain.
ü Mengundang orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas.
ü Menyelesaikan tugas dalam waktunya
ü Menghormati perbedaan individu
2. Keterampilan Kooperatif Tingkat Menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan
ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima,dan mengurangi ketegangan.
3. Keterampilan Kooperatif Tingkat Mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.

Tahap dalam Pembelajaran Kooperatif
Tahap yang harus dilakukan guru dalam model pembelajaran kooperatif diuraikan Arends sebagai berikut:
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
Fase 2: Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3: Mengorganisasi siswa dalam kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5: Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6: Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif
Menurut Arends (2001), terdapat empat tipe pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Student Teams AchievementDivision (STAD)
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan suatu perangkat belajar untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami pelajaran melalui tutorial, kuis, atau melakukan diskusi. Setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis secara individu. Tiap anggota diberi skor perkembangan. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu.


b. Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
c. Pendekatan Struktural
Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual. Ada
struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share dan numbered-head-together, yang dapat digunakan oleh guru untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi tertentu. Adapun active listening dan time token, merupakan dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial.
d. Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Semoga bermanfaat :)
Adios ~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Kecerdasan Ganda

Teori Revolusi Sosio-Kultural dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Teori Sibernetik dan Penerapannya dalam Pembelajaran