Teori Kognitivisme dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Bismillah ~
Nama : Annisaa Ahmada Atusta
NIM : 150341603464
Offering : B

Teori Kognitivisme dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Teori kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisasi, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada cara informasi diproses. Teori belajar ini menggambarkan adanya perkembangan pola pikir peserta didik dari yang kurang tahu menjadi lebih tahu. Peserta didik memproses pengetahuan yang baru diperolehnya lalu membandingkannya dengan pengetahuan lamanya.

Teori belajar ini disebut juga dengan teori Piaget. Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu karena individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut terus mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Pengetahuan dibangun dalam pikiran. Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematik, dan pengetahuan sosial (Dimyati, 2013). Pendekatan kognitif menekankan pada proses pemikiran dalam pembelajaran atau disebut juga perkembangan mental peserta didik. Pengetahuan yang diterima diproses melalui pemilihan, perbandingan dan penggabungan dengan pengetahuan lain yang ada dalam ingatan. Penggabungan pengetahuan ini kemudian akan diubah dan disusun .

Hasil pemikiran bergantung pada proses perkembangan mental tersebut. Ahli-ahli psikologi kognitif menekankan bahwa manusia bukanlah penerima rangsangan-rangsangan yang pasif, akan tetapi otak manusia akan memproses secara aktif pengetahuan yang diterima dan menukarkan pengetahuan kepada bentuk atau kategori baru yaitu hasil penggabungan pengetahuan lama dan pengetahuan baru. Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Ada tiga proses dalam teori kognisi agar mendapat pemahaman yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium (penyeimbangan).

a) Asimilasi
Asimilasi melibatkan penggabungan pengetahuan baru dengan struktur pengetahuan lama. Jadi pada tahap asimilasi ini, peserta didik sudah memiliki bekal pengetahuan sebelum melakukan proses belajar. Pengetahuan diperoleh dari belajar mandiri, misalnya setelah membaca buku tentang materi yang akan diajarkan. Lalu setelah kegiatan pembelajaran oleh pendidik, peserta didik tersebut membandingkan dengan pengetahuan lama yang sudah diperolehnya, akhirnya memperoleh pemahaman yang lebih baik. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skema, tetapi asimilasi mempengaruhi pertumbuhan skema. Jadi, asimilasi merupakan proses kognitif
b) Akomodasi
Akomodasi berarti perubahan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya untuk mengakomodasi hadirnya informasi baru. Pada tahap ini peserta didik memperoleh pemahaman yang benar dari materi yang dipelajari. Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skema baru atau pengubahan skema lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan.
c)  Ekuilibrium
Ekuilibrium adalah tahap penyeimbangan antara tahap asimilasi dan akomodasi. Proses ekuilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah pemikiran yang lebih kompleks.

Tokoh-tokoh Aliran Kognitif

1. Teori Perkembangan Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-peribahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Perkembangan pemikiran didefinisikan secara kualitatif. Tiga tahapan belajar menurut Piaget adalah asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium.
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk mencari pengetahuan dengan caranya sendiri. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Langkah-langkah Pembelajaran Menurut Piaget:
1. Mentukan tujuan pembelajaran
2. Memilih materi
3. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif
4. Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut, misalnya penelitian, memecahkan masalah, diskusi, dan sebagainya.
5. Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang cara berpikir siswa.
6. Melakukan nilai proses dan hasil belajar


2. Teori belajar menurut Bruner
Dengan teorinya yang disebut free discovery learning, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Jadi ilmu yang akan dipelajari peserta didik adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan dan guru memberi kesepatan peserta didik untuk mengeksplorasi pengetahuan sebanyak-banyaknya dari lingkungan.
Ada tiga tahap perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Bruner, yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya menggunakan respon motorik. Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasangagasan abstrak. Langkah-langkah Pembelajaran menurut Bruner
1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,minat,gaya belajar dan sebagainya)
3. Memiliki materi pelajaran.
4. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkrit, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

3. Teori Belajar Bermakna Ausubel
Ausubel menyatakan bahwa menghafal berbeda dengan bermakna. Artinya sesuatu yang dihafal akan mudah lupa karena seseorang tidak memiliki makna akan sesuatu yang dihafalkan tersebut. Hafalan seseorang berada dalam short term memory (memory jangka pendek). Ausubel menggunakan istilah “pengatur lanjut” (advance organizers), merupakan penerapan konsep tentang struktur kognitif dalam pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, karena merupakan  ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa yang dipelajari, dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam stuktur kognitif siswa. Advance organizers akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarinya.
Langkah-langkah Pembelajaran Menurut Ausubel
1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa ( kemampuan awal, motifasi, gaya belajar dan sebagainya)
3. Memiliki materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti.
4. Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk ad-vance organizer yang akan dipelajari siswa.
5. Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Kognitivisme berbeda dengan behaviorisme. Dalam kognitivisme perkembangan mental (proses berpikir) diperhatikan juga, tidak hanya perubahan perilaku yang tampak di luar. Itulah beberapa materi tentang materi Kognitivisme. Semoga bermanfaat :)
Adios ~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Kecerdasan Ganda

Teori Revolusi Sosio-Kultural dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Teori Sibernetik dan Penerapannya dalam Pembelajaran