Teori Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Bismillah ~
Nama: Annisaa Ahmada Atusta
NIM: 150341603464
Offering: B

Teori Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Behavioristik adalah teori belajar yang melibatkan perubahan perilaku peserta didik setelah mengalami proses belajar. Teori ini menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Jadi, hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari perubahan perilakunya setelah belajar. Berikut ini adalah prinsip-prinsip belajar teori behavioristik:
1) Reinforcement and Punishment (Penguatan stimulus dan hukum)
2) Primary and Secondary Reinforcement
3) Schedules of Reinforcement (Rancangan Penguatan)
4) Contingency Management
5) Stimulus Control in Operant Learning
6) The Elimination of Responses (Penghilangan respon)
Contoh penerapan teori behavioristik apabila ada anak belajar matematika, tetapi tidak mahir matematika maka dianggap belum belajar. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans adalah lingkungan belajar anak, baik internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans, disebut juga hasil belajar. Ada beberapa teori yang mengawali teori behavioristik, antara lain adalah:

a. Teori Thorndike (1874-1949)
Teori Thorndike disebut connectionism. Disebut demikian karena belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu lingkungan tempat manusia belajar, dan respon adalah perubahan yang terjadi pada manusia tersebut setelah menerima pelajaran. Sebutan lain untuk teori ini adalah trial and error learning.
Dalam teori ini, Thorndike melakukan penelitian yaitu individu dihadapkan pada situasi baru dan membiarkannya melakukan berbagai aktivitas untuk mendapatkan respon dari situasi. Individu mendapatkan berbagai macam reaksi dan menentukan sendiri keberhasilannya dalam menghubungkan antara stimulus dan respon yang tepat. Bisa dikatakan bahwa cara belajar teori ini adalah coba-coba. Ada karakteristik dari teori ini, di antaranya adalah:
a) Ada motivasi yang mendorong aktivitas belajar
b) Ada respon terhadap stimulus
c) Ada eliminasi respon-respon yang gagal
d) Ada kemajuan bagi respon yang berhasil
Dari penelitian itu, Thorndike memukan beberapa hukum, yaitu:
1) Law of readiness: respon akan memuaskan terhadap stimulus apabila ada kesiapan dari individu penerima stimulus
2) Law of exercise: Semakin sering praktik dilakukan, maka hubungan respon terhadap stimulus akan semakin baik. Perlu adanya reward untuk praktik yang dilakukan.
3) Law of effect: jika di antara hubungan respon dan stimulus ada suatu hal yang mengganggu, maka kekuatan hubungan itu akan berkurang.

b. Ivan Pavlov (1849-1936)
Teori Pavlov ini disebut classical conditioning atau stimulus situation. Pavlov melakukan penelitian tentang teorinya terhadap seekor anjing. Dalam percobaan tersebut seekor anjing bila diberi makanan (stimulus), maka secara otonom anjing tersebut akan mengeluarkan air liur (respon). Ada beberapa hukum yang dihasilkan dari penelitian tersebut, antara lain:
1) Law of Respondent Conditioning, yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika ada dua macam stimulus yang diberikan (salah satunya sebagai penguat), maka refleks yang dihasilkan akan menjadi lebih baik.
2) Law of Respondent Extinction, yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika reinforce dihilangkan dan refleks yang sudah diperkuat lewat Respondent conditioning didatangkan lagi, maka kekuatan respon akan melemah.

c. Jhon B. Watson (1878-1958)
Watson adalah orang Amerika yang mengembangkan teori belajar Pavlov. Watson berpendapat bahwa belajar adalah proses terjadinya refleks-refleks bersyarat melalui stimulus pengganti. Ia mengakui adanya perubahan mental dalam individu selama belajar, tetapi ia menganggap hal-hal tersebut tak perlu diperhitungkan. Ia menganggap bahwa ada perubahan-perubahan mental dalam benak siswa ketika proses belajar dan hal itu penting, tapi semua itu tidak dapat menjelaskan seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati perubahan tingkah lakunya secara fisik

d. E. R. Guhtrie (1886-1959)
E. R Guhtrie mengembangkan teori belajar Watson. Ia menyatakan prinsip belajar yang disebut the law of association. Prinsip tersebut berbunyi “Suatu kombinasi stimulus yang telah menyertai suatu gerakan, cenderung akan menimbulkan gerakan itu, apabila kombinasi stimulus itu muncul kembali.” Maksudnya, apabila stimulus yang sama diberikan berulang-ulang, maka respon yang akan terjadi akan sama pula dan akan lebih. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena itu dalam pembelajaran, peserta didik harus diberi stimulus sesering mungkin agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga menganggap hukuman (punishment) juga memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman tersebut akan mampu mengubah tingkah laku seseorang apabila diberikan pada saat yang tepat.

e. Skinner (Operant Conditioning)
Menurut Dimyati (2013), Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Skinner berpendapat, bahwa tujuan psikologi adalah untuk meramal dan mengontrol tingkah laku. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
a) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons peserta didik
b) Respons peserta didik
c) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut (reinforcement), yaitu menguatkan stimulus yang dapat menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons peserta peserta didik yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi hukuman.
Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori Operant Conditioning adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif dan negatif. Perilaku positif akan diperkuat, dan perilaku negatif akan dikurangi.
2. Membuat daftar penguat positif. Pada langkah ini guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa, perilaku yang dapat menyebabkan hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.
3. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya

Membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku, dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidakberhasilan tersebut akan menjadi perbaikan untuk perilaku selanjutnya.

Semoga bermanfaat.
Adios ~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Kecerdasan Ganda

Teori Revolusi Sosio-Kultural dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Teori Sibernetik dan Penerapannya dalam Pembelajaran