Fortune Cheese Cake (Part 2)

.....
“Repot deh, kalo punya temen-temen bajak laut kayak mereka. Hah, hah”. Alissa menoleh ke arah kanannya, dan terkejut. Si Cowok Cheese Cake! Dengan beberapa rambut menutupi dahi dan keringat menetes di pelipisnya, kelihatan banget kalau tadi dia berlari dengan sungguh-sungguh. Maksudnya, sekuat tenaga. Bukan sekedar lari menghindar. Dia terlihat terengah-engah. Dan bener kata Mbak Nura, dia… keren abis. “Punya minum, nggak?”, dia menoleh ke Alissa yang bengong melihatnya. Alissa tersadarkan oleh pertanyaan itu, “Eee.. iya ada. Bentar”. Dia mengambil tumbler birunya dan menyerahkan ke cowok itu. Cowok itu meminumnya dengan cepat, sampai hanya tersisa sedikit air. Melihat ada sedikit sisa air, tidak tanggung-tanggung dia meneguk semuanya. “Yahh, habis nih minum lo. Sorry, gue capek banget gara-gara dikejar bajak laut tuh. Sial. Gue gantiin deh”, cowok itu meminta maaf karena melihat wajah Alissa yang kecut ketika melihat air minumnya tandas. Lalu, cewek berkepang itu menengadah ke arah Raka, cheese cake lover itu, dan berkata “Ga usah nggak papa deh, ikhlas gue. Lagian lo juga sih. Kenapa nggak dibagi-bagi aja sih kuenya? Kan lo beli banyak, berapa tuh…”
“Empat”
“Iya, empat. HAH? Empat? Gila. Ngapain beli sebanyak itu?”
“Ya, buat gua abisin lah. Lo nggak pernah nyobain ya? Nyesel lho ntar. Ini cheese cake kayak bikinan nenek gue. Sayang tuh, Mbak Nura nggak mau ngasih tau orang yang nitipin nih kue di kantinnya. Si mbak cuma bilang kalo yang nitipin nih kue adalah orang yang ngebikinnya juga. Serius, bakal gue pacarin”
Alissa tersedak ludahnya sendiri. Dia terdiam mendengar celetukan iseng si cowok ini. Tiba-tiba pipinya memanas. Tanpa sadar, Alissa menunduk dalam-dalam. Dia memang meminta Mbak Nura untuk merahasiakan kalau ada pembeli yang bertanya tentang si pembuat cheese cake. Pada awalnya, Alissa berpikir ini konyol, karena… hei, siapa yang peduli soal pembuat cheese cake terenak di Kantin Wirausaha? Tetapi ternyata ada juga yang bertanya. Karena permintaan Alissa itu, orang-orang tidak ada yang tahu kalau cheese cake itu buatannya, kecuali Rachel karena bagi Alissa tidak ada yang perlu dirahasiakan dari sahabatnya itu. “Kok diem? Haha, gue aneh ya? Nggak tau kenapa, begitu gue nyoba cheese cake ini pertama kali, gue langsung berpikir kayak gitu. Udah lama gue penasaran, sejak semester tiga, bayangin” katanya sambil memakan cheese cake pertama. Selai matcha. Hm, kirain kalo cowok nggak bakal nyobain rasa matcha. Alissa selalu berpikir bahwa matcha itu rasa kesukaan cewek.
“Emm, kalo yang jual cowok gimana?”, tanya Alissa. Dia merasa harus menanggapi celetukan si cowok blak-blakan yang berhasil membuat pipinya semerah kepiting rebus. Dan jantungnya deg-degan. Hanya sekadar ingin tahu.
“Gue jadiin saudara”, jawab Raka di sela-sela kunyahannya. Tawa Alissa meledak mendengar jawaban asal Raka. Cowok itu menatap Alissa sambil tersenyum geli dengan mulutnya dipenuhi kue. Cheese cake kedua sedang dihabiskannya. “Dasar, lo tuh suka ya nonton sinetron-sinetron legenda gitu. Hahahahaha”, tertawa Alissa masih berlanjut. Dia tertawa karena ekspresi Raka ketika menjawab tadi begitu lucu. Tanpa ekspresi. Dan dengan mulut penuh kue. Cute! “Gue Raka. Nama lo?”, tiba-tiba cowok ini menanyakan namanya. Alissa kembali terbengong lagi. Cowok aneh dan tidak terduga. Tiba-tiba duduk di dekatnya. Tiba-tiba menghabiskan air minumnya. Tiba-tiba nyeletuk asal dan membuatnya salting. Tiba-tiba ngajak kenalan. “Alissa”, jawabnya singkat. “Alissa in wonderland, ya?”, celetuknya lagi. “Hahaha, apaan sih? Itu Alice”. Alissa memandangnya dengan takjub, dan tidak percaya. Cowok ini dengan gampangnya mengajaknya bercanda, seperti sudah kenal lama. “Ohoho, Alice, ya. Eh, btw lu mau nyobain cheese cake ini nggak?”. Dan sekarang cowok itu menawarinya cheese cake. Alissa diam saja, bingung. Dia hampir saja keceplosan dan bilang “udah sering nyobain, kan gue yang bikin”. Untung saja Alissa sadar dan tidak mengatakannya. “Kayaknya nggak mau, ya. Syukur deh, gue bisa nikmatin sendiri kalo gitu. Thanks, lo orangnya asik, tapi suka ngelamun. Ati-ati kesambet. Gue ke sana dulu ya, kasian tuh para bajak laut kelaperan”. Cowok itu pergi sambil membawa cheese cake nya yang tinggal satu. Dia berjalan ke arah teman-temannya tadi, kemudian menyerahkan satu cheese cake itu ke mereka. Alissa masih memperhatikan cowok itu. Secara tiba-tiba lagi cowok itu menoleh ke arahnya. Cepat-cepat dia memfokuskan pandangannya ke laptop. Lalu Rachel datang membawa susu stroberi titipannya. Alissa menyeret Rachel ke bunderan Universitas Jaya Nusantara. Ya, tempat yang jauh sekali dari College Corner di FMIPA, dan jauh dari fakultasnya. Karena Alissa ingin menceritakan sesuatu, yang rahasia.
Rachel memasang tampang berpikir keras. Alissa masih merenung, mengenang kejadian tadi, dan mengingat apakah ada hal terlewat yang belum dia ceritakan ke Rachel. Ternyata cowok itu yang selama ini diceritakan Mbak Nura. Hari ini Alissa bertemu langsung dengan orangnya. Setelah sekian lama. “Ya, lagian, Sa. Kenapa lo nggak mau bilang kalo itu kue lo yang buat? Pake suruh Mbak Nura ngerahasiain lagi”. Huft, pertanyaan ini lagi. Alissa sendiri tidak tahu alasannya, ia hanya berpikir bahwa tidak penting apabila satu fakultas tahu kalau cheese cake itu buatannya. Dia tidak ingin jadi pusat perhatian. Dia hanya ingin semua orang menikmati cheese cake buatannya. Dia hanya ingin membuat semua orang bahagia setelah memakan cheese cake buatannya. Tidak perlu tahu siapa yang membuatnya. Hanya itu. Tetapi ternyata ada yang menyukainya karena cheese cake buatannya ini. “Nih ya, Sa gue kasih tau. Kalo lo ngebolehin Mbak Nura buat ngasih tau identitas lo, lo pasti udah jadian sama tuh cowok. Nggak jomblo lagi kan lo,” lanjut Rachel karena Alissa tetap diam. “Huuuh, Rachel. Jomblo lagi, jomblo lagi. Nih ya gue kasih tau, gue tuh nggak mau kalo orang-orang pada tau itu cheese cake gue yang bikin. Terus kalo tenyata kue bikinan gue ada hatersnya, bisa-bisa gue dapet surat teror atau apalah gitu. Takut gue, Ra. Biarin aja fans cheese cake gua menikmati dengan bahagia. Lagian istilah identitas tuh kedengeran alay banget, tau. Kayak gue kesannya kriminal gitu”, Alissa menjawab dengan muka dibuat-buat seperti orang parno. “Haters. Fans. Lo tuh ngomong kayak gitu seakan cheese cake lo itu artis, dan lo managernya. Hahaha, nggak waras nih anak”. Mereka berdua tertawa. “Dan lagi nih, Ra. Si cowok itu tuh, siapa tadi namanya? Raka. Nah, dia tuh aneh banget. Keliatan banget playboy nya itu lho. Gampang akrab ke cewek. Tampang sih oke, tapi kalo playboy mah gue ogah. Gila apa? Sahabat lo ini jomblo udah lama, sekalinya dapet, masa’ sama playboy? Sial banget percintaan gue kalo gitu”. Rachel tertawa sambil menepuk-nepuk bahu Alissa, kemudian berkata, “Ih, dasar. Su’udzon banget lo nuduh tuh cowok playboy, kayak tau beneran aja. Nggak boleh, tuh, Sa. Gimana kalo ternyata cowok ini merhatiin lo udah lama? Kalo diliat dari caranya akrab sama lo, kayaknya dia udah nyari-nyari kesempatan buat ngobrol sama lo. Nah kebetulan, nemu kesempatannya pas tadi. Langsung deh.” Alissa bingung. Sahabatnya ini kayaknya kebanyakan nonton FTV dan film-film baper gitu deh, atau nggak film-film shoujo. Itu loh, genre film jepang yang ceritanya cewek banget. Dasar. Alissa menoyor kepala Rachel, “Nggak jelas lu. Udah yuk, habis ini ada kuliah. Mikrobio. Dosennya galak lo.”, lalu berjalan menuju salah satu jalan masuk bunderan. Rachel mengikuti Alissa. Dia tidak mau diusir lagi dari kelas Mikrobiologi.
Seminggu setelah itu…
“Assalamualaikum, Sa”, ujar suara dari seberang.
“Waalaikumussalam. Iya Mbak Nura, ada apa?”. Pagi itu setelah Alissa selesai mandi, Mbak Nura menelpon Alissa.
"Sorry nih, Sa. Mbak nggak jaga kantin pagi ini. Kamu hari ini nitip kue nggak?"
“Iyalah, Mbak, hehe. Biasa ini kan hari Rabu. Dua box lagi. Ada apa mbak?”
“Mbak mau ke acara nikahan sepupu di Bogor. Nanti ada anak Wirus, tapi datengnya setengah 8. Kamu dateng pagi aja, ya. Kuncinya aku titipin Mang Wawan, tahu kan? Yang biasa nyapu-nyapu kantin. Udah aku bilangin ke beliau kemarin”. “Sip, Mbak. Tahu kok, Mang Wawan yang mana, sip deh pokoknya. Mbak Nura hati-hati ya. Semoga habis ke acara nikahan, nyusul nikah, oke?”. Tawa Mbak Nura terdengar dari telepon. Alissa ikut tertawa juga, “Kamu nih, dasar. Aamiin. Semoga kamu juga cepet jadian sama si Cowok Cheese Cake, ya”
“Ih, apaan sih mbak? Ahahahaha”
“Ahahaha, ketawa lagi, Di-aamiin in juga dong. Eh, yaudah deh, Sa, Mbak siap-siap mau berangkat nih. Nanti pintunya kamu kunci lagi aja, biar anak Wirus yang urusin”
“Beres, Kakak. Aku juga siap-siap kuliah kalo gitu. Assalamualaikum”. Kemudian Mbak Nura memutus sambungan telepon setelah menjawab salam. Pelan-pelan Alissa berucap, “Aamiin”. Diam-diam dia juga tertarik dengan si Cowok Cheese Cake. Melihatnya seminggu yang lalu dengan mata berbinar-binar saat mengunyah cheese cake nya, Alissa tahu. Dia menyukai cheese cake Alissa dengan sepenuh hati, mungkin juga pembuatnya. Sayang, cowok itu tidak tahu kalau dia sudah ngobrol dengan pembuat cheese cake kesukaannya. Maaf. Oh, siapa namanya? Raka. Diam-diam, dia ingin Raka tahu, kalau Alissa adalah pembuat cheese cake itu.
Alissa  memasukkan dua box cheese cake ke dalam keranjang yang dipasang di belakang sepedanya. Setelah berpamitan ke ibu dan Bang Pandu, Alissa mengayuh sepedanya meninggalkan rumah. Pagi yang dingin, tetapi tidak menyurutkan semangat Alissa. Setelah memarkir sepedanya, Alissa mencari Mang Wawan. Dia melihat Mang Wawan sedang mengosongkan tong sampah kantin. “Pagi Mang Wawan, saya Alissa, Mang. Saya boleh pinjam kunci Kantin Wirausaha? Kata Mbak Nura, kuncinya ada di Mang Wawan.” Mang Wawan menoleh dan tersenyum sopan. Kemudian merogoh saku celananya dan menyerahkan kunci Kantin Wirausaha ke Alissa. “Eh, Mbak Alissa. Iya, kemarin Mbak Nura udah pesen juga ke saya. Ini mbak, kuncinya”. Alissa menerima kunci itu, kemudian mengucapkan terimakasih dan segera menuju Kawir.
Kantin masih sepi, seperti biasa. Baru beberapa kios yang buka. Biasanya ada mahasiswa, dosen, atau staf yang membeli sarapan di kantin, makanya ada beberapa kios yang sengaja dibuka di jam segini. Jam setengah tujuh. Alissa membuka pintu Kantin Wirausaha dan meletakkan dua box cheese cake di atas etalase, di tempat biasa. Dia tidak menyadari kalau ada yang memperhatikannya dari pintu. “Akhirnya gue tahu lo, Alissa. Si Pembuat Cheese Cake enak”, kata orang itu. Cowok. Alissa kaget, dan dia menoleh. Raka. Jantung Alissa berdebar-debar. Dia tidak tahu sejak kapan cowok itu berdiri di sana, bersandar di daun pintu dengan tangan terlipat di depan dada, dan kaki kanan menyilang. Dan tersenyum. Dia ingat mbak Nura berkata, keren abis. Tidak, ini sih… fantastis! Sejenak Alissa tidak bisa berkata apa-apa. Dia ingat ketika cowok ini berkata bahwa dia ingin memacari si Pembuat Cheese Cake. Mereka bertemu lagi untuk kedua kalinya, bedanya sekarang si cowok benar-benar memastikan kalau Alissa adalah si Pembuat Cheese Cake itu, dan Alissa tidak mungkin kabur. “Gue udah tahu lo sejak lama, sejak minggu kedua lo nitip cheese cake di sini. Itu kali kedua gue makan cheese cake lo. Gue selalu ngeliat lu dateng pagi-pagi dari situ”, dia menunjuk bangku kantin yang menghadap ke Kantin Wirus. Alissa melihat ke arah yang ditunjuk Raka. Agak tersembunyi, luput dari penglihatan Alissa selama ini. Pantas saja, dia tidak menyadarinya. “Gue waktu itu nggak tahu nama lo, cuma tahu wajah lo doang. Dan akhirnya seminggu yang lalu, gue berhasil tau nama lo. Gue sengaja duduk di dekat lo pas itu. Keren banget ‘kan gue? Kayaknya gue cocok jadi detektif.”. Alissa masih diam mendengar setiap perkataan Raka. Pengakuan mungkin lebih cocok. “Oh iya”, pengakuan Raka masih berlanjut “Lo inget kan gue pernah bilang kalo gue bakal macarin si Pembuat Cheese Cake? Gue nggak bercanda tapi nggak mau cepet-cepet. First of all, gue boleh nggak bikin cheese cake sama lo, Alissa?”, Raka tersenyum manis sekali dan membuat Alissa melambung untuk pertama kalinya. Tiba-tiba saja seluruh kehidupan Alissa dipenuhi bunga-bunga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Kecerdasan Ganda

Teori Revolusi Sosio-Kultural dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Teori Sibernetik dan Penerapannya dalam Pembelajaran