Fortune Cheese Cake (Part 1)

Seperti biasa, Alissa mengayuh sepedanya di tengah dinginnya pagi. Hari ini Rabu. Rabu adalah jadwal Alissa untuk menitipkan cheese cake buatannya. Sudah lama cewek berambut hitam sepunggung itu menitipkan kuenya di Kantin Wirausaha FMIPA, sejak dia memasuki semester tiga. Pada awal berjualan, Alissa hanya membawa satu box berisi dua belas potong kue keju berbentuk segitiga. Sejak Mbak Nura, penanggungjawab kantin memberitahu Alissa kalau banyak sekali yang menyukai cheese cake buatannya, maka sejak hari itu Alissa membawa dua box tiap hari Rabu, setiap minggunya. Pokoknya cheese cake Alissa laris banget deh. “Cewek semua nih, Mbak yang ngefan sama cheese cake aku? Yahh, percuma dong aku bikin semua ini kalo pembelinya cewek doang”, ujar Alissa saat itu dengan muka kecewa yang dibuat-buat, yang kemudian membuat Mbak Nura tertawa. Alissa kemudian tertawa juga. “Eh, dasar ada maunya nih ternyata, hahaha. Ya nggak semua cewek lah, Sa. Kata anak-anak ada tuh, cowok yang suka banget sama cheese cake kamu. Dia tuh pernah ngeborong sampai tiga kue, Lissa. Trus nanya ke Mbak siapa yang bikin”
“Hihi aku bercanda, Mbak. Eh, terus Mbak jawab apa?”, tanya Alissa dengan ekspresi penasaran.
“Ya Mbak bilang RAHASIA, atuh. Kan kamu udah bilang kalo mbak nggak boleh bilang siapa-siapa”
“Oh, syukurlah”
Kampus masih sepi ketika Alissa tiba. Sempurna. Dia cepat-cepat menuju kantin dengan membawa dua box berisi cheese cake berbentuk potongan-potongan segitiga. “Bawa dua kotak lagi, Sa?”, sambut Mbak Nura yang saat itu sedang menata dagangan lainnya. “Hehe iya nih, Mbak, biasa. Berat dikit nggak apa, asalkan fans bahagia”. Mbak Nura tertawa. Alissa kemudian meletakkan dua box cheese cake di atas etalase. Mbak Nura berbaik hati menyiapkan tempat kosong yang strategis agar kue Alissa menarik perhatian. Dia adalah kakak tingkat Alissa yang baru saja lulus kuliah, dan memutuskan untuk melanjutkan usahanya di Kantin Wirausaha FMIPA, karena dia adalah alumni di sini dan juga pencetus Kantin Wirausaha. Pada hari tertentu Mbak Nura harus mengurus cafe, jadi dia hanya menjaga di kantin sampai jam sembilan pagi, selanjutnya dia menyerahkan kepada anggota klub Mahasiswa Wirausaha. Mbak Nura sangat baik pada Alissa. Mereka saling mengenal ketika bergabung dalam satu kelompok PKM. Alissa adalah mahasiswa penerima beasiswa yang sangat cerdas. Saat ini dia sedang menempuh semester 4 jurusan Biologi. Karena kecerdasannya itu, dia selalu mendapat IP tinggi dan mendapat banyak beasiswa. Tetapi, hidupnya tidak selalu beruntung. Ketika kelas 11 SMA, ayahnya meninggal akibat kebakaran di rumahnya. Beliau yang memiliki riwayat asma tidak dapat tertolong akibat menghirup banyak asap. Rumah dan hartanya habis terbakar. Harta tersisa yang mereka miliki adalah sepeda motor yang saat itu selamat dari kebakaran dan uang tabungan yang ada di bank. Alissa kini hidup dengan ibunya dan abangnya yang seumuran Mbak Nura. Mereka mengontrak rumah sederhana, tapi nyaman sebagai tempat tinggal. Abangnya yang lulusan Teknik Mesin bekerja di bengkel, sedangkan ibunya berjualan kecil-kecilan di rumah kontrakannya. Alissa yang pandai memasak kue juga membantu ibunya berjualan cheese cake. Karena itu, Mbak Nura dengan senang hati berusaha membantu agar kue Alissa terjual habis setiap harinya, dan usahanya berhasil.
Selesai menata cheese cake nya, Alissa berpamitan ke Mbak Nura, mau kuliah katanya. “Bukannya hari ini kamu masuk jam ke tiga, Sa? Ini teh, masih pagi”, tanya mbak Nura. Adik tingkatnya ini memang rajin sekali. “Hehe, nggak apalah, Mbak. Kan masih bisa wifi-an dulu di College Corner. Deadline numpuk, Mbak”, jawab Alissa sambi membetulkan tas ranselnya.
“Widiih, laptop baru, Sa?”
“Astaghfirullah, Mbak. Baru darimana? Ini juga laptop yang dulu, bekas punya abangku. Untung ini laptop dulunya dibawa Bang Pandu ke Jogja, di kosnya. Jadinya selamet deh”, kata Alissa dan terlihat senyum pahit di wajahnya. Senyum yang dia tunjukkan ketika tanpa sengaja mengingat kejadian tiga tahun lalu. Mbak Nura paham arti senyum itu, “Udah, nggak usah diinget-inget mulu. Toh, kamu sekarang masih bisa kuliah kan? Ya udah gih, cepet kerjain tugas kamu, wahai Deadline Fighter”. Keduanya tertawa, kemudian Alissa berpamitan lagi dan melangkah keluar kantin, sebelum akhirnya Mbak Nura memanggilnya, “Eh, Sa bentar. Kemarin cowok itu nanyain kamu lagi lo”, kata mbak Nura, membuat Alissa menahan langkahnya meninggalkan kantin dan duduk di kursi plastik yang ada di dekatnya. “Emangnya tuh cowok udah tau, Mbak?”
“Belum, sih. Mbak sih nggak mau ngasih tau ya, seperti permintaan kamu. Katanya, dia bakal cari tau sendiri. Mau dipacarin katanya”. Alissa kaget, kemudian tertawa. “Ih, aneh banget deh, Mbak. Bisanya bilang gitu, kalau ternyata yang jualan nih cheese cake cowok gimana coba? Trus dia tahu? Haduu, pasti malu banget, asli”. Mbak Nura tersenyum kemudian berujar dengan ekspresi dibuat sejail mungkin. “Serius nih, kamu nggak mau Mbak bilangin ke dia? Keren abis lo, orangnya. Nggak sejurusan sama kamu, sih. Dia anak Fisika”
“Idiih, Mbak Nura kayak mak comblang deh. Jangan ih, biar cari tahu sendiri, haha. Lagian kayaknya ngga bakal berhasil. Dia kan nggak punya petunjuk sama sekali. Udah ya Mbak, keburu CoCo rame. Bye, Mbak Nuraaa”, kemudian Alissa keluar dari kantin menuju ke College Corner menunggu jam kuliahnya.
Setelah dua jam mendengarkan ceramah dosen dan beberapa mahasiswa di kelas Mata Kuliah Ekologi membacakan tugas essay nya, tibalah jam kosong yang sangat dinantikan mahasiswa. Sebenarnya di jam kelima ini, Alissa ada kelas. Akan tetapi, dosen untuk Mata Kuliah tersebut sangat sibuk sehingga sering pergi ke luar negeri untuk menghadiri seminar, dan pada hari ini beliau sedang ada seminar di Thailand. Teman-teman Alissa segera keluar ruang kuliah untuk menuju kantin, perpustakaan, College Corner, dan ada juga yang pulkos, istilah mahasiswa untuk pulang ke kos masing-masing. “Kantin, yuk, Sa. Lu ke College Corner mulu. Pantesan jomblo. Udah deh, tugas ntar aja ngerjain bareng gue. Lu nggak laper, apa?”, bujuk Rachel, sahabat Alissa dari SMP yang secara tidak sengaja juga kuliah di jurusan yang sama dengannya. Rachel tidak satu sekolah saat di SMA karena dia pindah ke Semarang. Ketika tes masuk perguruan tinggi, keduanya sama-sama diterima di Universitas Jaya Nusantara, di jurusan yang sama, dan masuk di offering yang sama pula.
“Lu Alissa, kan?”, tanya Rachel saat mereka bertemu di ospek.
“Rachel? Iya ini gue, hahah kok bisa?”
“Bisa apa?”
“Ketemu lagi sama lo. Gue kira lo bakalan kuliah di Semarang, Rara”
“Wih, masih inget lu nama panggilan gue. Sasaaa, gue kangen sama lo”, kemudian mereka berpelukan sambil loncat-loncat girang. Selanjutnya, mereka berdua dihukum senior karena dianggap membuat keributan, padahal suara mereka tidak kenceng-kenceng amat dan pada saat itu adalah waktu ishoma. Belakangan diketahui bahwa salah satu senior yang menghukum mereka mencari-cari cara untuk mendekati Rachel. Rachel dan Kakak Senior Yang Dulu Galak bernama bang Yoza itu akhirnya pacaran, sampai sekarang. Makanya, dia sering menyinggung kejombloan Alissa sebagai bahan bercandaan. Berharap candaannya itu menggugah hati Alissa untuk lebih peduli bahwa dia juga butuh cowok. Padahal Alissa mah orangnya cuek banget sama hal begituan. Tapi, sejak Mbak Nura menceritakan si Cowok Cheese Cake, Alissa tidak lagi secuek itu. Dia belum cerita itu ke Rachel.
Alissa selesai membereskan alat tulis dan bindernya ke tas, kemudian menjawab Rachel, “Ngapain sih jomblo di bawa-bawa? Bete ih. Udah deh Ra, lo kalo mau ke kantin, ke kantin aja, ntar lo tau kan harus nyusul gue kemana. Gue pusing nih, tiap hari tidur jam 12 mulu, ngerjain tugas. Mana praktikum terakhir gue kebagian pembahasan lagi. Gue belum nemu referensi sama sekali, Ra”. Rachel merasa Alissa ini terlalu serius menghadapi tugas-tugas yang memang bejibun. Dia tahu, sahabatnya ini tidak bisa seperti dirinya yang santai kayak di pantai. Dia juga tahu, sahabatnya ini berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan IP nya tetap tinggi agar beasiswanya tetap berjalan. Rachel hanya mencoba menghibur Alissa agar tidak terlalu stress. Akhinya, dengan putus asa dia berkata, “Yaudah, yaudah. Ntar lo gue beliin makanan aja ye. Gue bawain ke singgasana lo, Nona. Selamat bertugas, jangan nggak ada pas gue ke CoCo”. Alissa tertawa mendengar nada penuh ancaman itu, “Iya. Susu stroberi aja cukup, Ra. Gue diet”. Rachel tertawa lalu melet kecil ke arahnya. Diet kok minum susu, pikirnya.
“Woy, Raka. Bagi-bagi dong. Lu tuh tiap rabu ngeborong cheese cake mulu, tapi buat lu makan sendiri. Dasar pelit lu, gila”. Alissa menoleh, mencari sumber suara. Konsentrasinya mencari referensi untuk pembahasan pecah karena mendengar kata “cheese cake”. Cowok ini pasti yang diceritakan Mbak Nura, yang suka memborong cheese cake buatannya. Dia penasaran sama cowok itu, dia ingin melihatnya. Ketemu! Di seberang gazebo tempatnya duduk terdapat meja kayu yang diapit dua kursi kayu panjang berhadapan. Di sana sekumpulan anak-anak cowok, sambil membuka laptop juga. Sekitar lima orang cowok. Tapi, mana yang memborong cheese cake nya? Alissa terus memperhatikan. “Enak aja lu. Gue nggak bakal berbagi kalau masalah cheese cake ini, ya. Sumpah ini enak banget, mirip kayak bikinan nenek gue. Mama gue aja yang pinter masak nggak bisa bikin cheese cake yang rasanya mirip kayak gini, Eitss, jangan coba-coba lu, ye”, kata cowok yang memakai sweater abu-abu dan dari dalamnya terlihat kerah kemeja warna navy. Tangannya berusaha menangkis tangan-tangan nakal teman-temannya yang mencoba mencomot cheese cake favoritnya. Kantong plastik di tangannya ikut berayun-ayun akibat gerakannya itu. Merasa usahanya sia-sia, dia berlari untuk menghindari teman-temannya sambil tertawa. Alissa melihat itu sambil senyum-senyum meskipun ia tidak bisa mendengar percakapan sekelompok cowok-cowok konyol itu dengan jelas. Hihi, kayak anak kecil, batinnya. Lalu Alissa melihat teman-teman si cowok itu menyerah dan kembali duduk di tempatnya semula. Selain itu mungkin mereka sadar, meninggalkan laptop di meja sembarangan seperti itu berarti memberikan kesempatan emas kepada para kleptomania. Tetapi dia tidak melihat si Cowok Cheese Cake itu. Kemana ya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Kecerdasan Ganda

Teori Revolusi Sosio-Kultural dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Teori Sibernetik dan Penerapannya dalam Pembelajaran